-->

TOP-LEFT ADS

Rabu, 10 Agustus 2016

Pergeseran dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan

Loading...
Perubahan Kode Kode Kebahasaan - Peristiwa kebahasaan seperti yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat atau komunitas multilingual. Adapun yang dimaksud dengan komunitas multilingual atau multibahasa adalah kelompok sosial tertentu, atau sebut saja guyub bahasa tertentu, yang di dalamnya terdapat beberapa macam kode kebahasaan yang biasa digunakan dalam setiap peristiwa pertuturan antarwarganya. Lazimnya, kode-kode kebahasaan yang terdapat dalam masyarakat multilingual yang demikian memiliki peran dan fungsi bermacam-macam. Ada kode-kode kebahasaan yang dianggap sopan atau santun, ada kode-kode kebahasaan yang dianggap biasa-biasa saja, malahan ada pula kode-kode kebahasaan yang dipandang kaku dan kasar.
Dengan perkataan lain, dalam masyarakat atau komunitas multilingual itu ada kode-kode kebahasaan tertentu yang diperankan sebagai ragam bahasa tinggi, tetapi ada juga kode-kode tertentu yang diperanfungsikan sebagai ragam rendah. Pada masyarakat multilingual, yang dalamnya terdapat perbedaan peran dan fungsi yang cukup jelas atas ragam-ragam atau kode-kode kebahasaan yang dimilikinya seperti yang dicontohkan di atas tadi, dengan sendirinya membentuk situasi diglosik  atau diglosia. Masyarakat atau komunitas tuturnya sendiri disebut dengan masyarakat diglosik atau diglosia karena di dalamnya memang terdapat tanda-tanda dan aneka fakta diglosia. Salah satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri di dalam komunitas multilingual yang berfakta diglosia adalah selalu bergesernya kode-kode kebahasaan yang digunakan oleh setiap warga masyarakat atau komunitasnya. 

Jadi pergeseran kode-kode kebahasaan itu tidak selalu harus terjadi dalam sosok bahasa yang berciri makro, tetapi bisa pula pada aspek-aspek kecil atau bahkan faset-faset yang sangat kecil dari entitas kebahasaan tersebut. Bahkan, dalam komunitas multilingual tertentu seperti ]awa dan Sunda, pergeseran makna atau maksud bahasa kelihatan jelas dari gaya bahasa dan cara pembahasaannya. Pergeseran kode-kode kebahasaan yang semacam itu tidak kelihatan secara kasat mata (overt), tetapi tidak dapat mudah dicerap diindra (covert), terlebih-lebih oleh orang-orang yang berada di luar lingkup warga masyarakat multibahasa itu.

PERGESERAN KODE BAHASA

Pengamatan Anda seperti yang disampaikan di atas memang benar dan hal itu merupakan fakta pergeseran kode-kode kebahasaan cenderung halus dan berciri internal. Dikatakan halus karena pergeseran kode-kode terjadi dengan alami dan natural, seiring dengan bergulirnya keeratan kadar persahabatan dan keintiman kualitas hubungan di antara mereka secara perlahan-lahan. Dikatakan berciri internal karena pergeseran kode-kode kebahasaan itu masih terjadi dalam lingkup satu rumpun bahasa sifatnya tertentu, tidak terjadi lompatan ke dalam kode-kode kebahasaan yang memiliki perbedaan rumpun dan memiliki ciri-ciri keasingan lingual.
Perubahan atau pergeseran di dalam cara penyapaan dari bentuk “mbak” dan “mas” menjadi 'situ' atau ‘situ-situ’, sesungguhnya terjadi karena ada maksud tertentu yang mencuat di balik hubungan yang telah terjalin cukup akrab itu. Dengan gaya 'situ-situ’ (jawa: kona-kono Indonesia: kamu-kamu), tersirat bahwa sesungguhnya ada sesuatu yang dirasakan secara bersama-sama sudah tidak pas lagi dipakai di dalam penyapaan di antara mereka berdua karena fakta hubungan mereka sudah semakin intim. Tetapi, di balik fakta kebahasaan itu juga dirasa masih terlalu cepat untuk sampai pada bentuk sapaan 'mas' dan ‘dik'. Terlebih-lebih lagi bentuk sapaan "papa” dan "mama”, yang hanya lazim digunakan setelah mereka mengikat diri di dalam pernikahan. Satu hal penting yang perlu dicatat dalam kenyataan ini adalah pergeseran dari kode kebahasaan  ke dalam kode kebahasaan lainnya selalu dibarengi dengan  maksud dan tujuan tertentu yang jelas.
Perubahan dari pemakaian kode sapaan yang satu ke dalam kode sapaan yang lainnya juga selalu dilatarbelakangi maksud dan tujuan yang jelas dan sungguh-sungguh genah. Manakala kadar keakraban persahabatan dan kualitas keintiman hubungan mereka tidak lagi dapat dipertahankan, bisa jadi perrgeseran kode-kode kebahasaan itu akan cepat berbalik mundur, bahkan bisa menjadi relatif kasar dan memiliki konotasi saling tidak menyenangkan. Dalam khasanah sosiolinguistik, kenyataan yang terjadi pertama lazim disebut dengan forward-step anda switching (kode bergeser kea rah depan), sedangkan yang disebutkan terakhir itu dinamakan back-ward-step code switching (kode bergeser ke arah belakang).

Peristiwa pergeseran kode-kode kebahasaan itu bisa terjadi di dalam  ranah (domain) dan kesempatan (chance), sebagai akibat tidak langsung dari tidak terhindarinya peristiwa persentuhan kode-kode kebahasaan yang satu dengan yang lainnya dalam wadah masyarakat tutur multilingual itu. Di satu sisi pergeseran kode-kode kebahasaan itu akan menimbulkan kompleksitas dalam pembelajaran dan pemahaman bahasa  yang bersangkutan. Tetapi, di sisi lain, justru dengan peristiwa pergeseran kode-kode kebahasaan itulah dapat terjadi penggambaran fakta bahasa yang murni, bahasa yang berhakikat tidak berdimensi satu, tetapi berfaset serbajamak.
Loading...
Back To Top