-->

TOP-LEFT ADS

Selasa, 09 Agustus 2016

Sosiologi Sebagai Pendekatan Kritikan Sastra

Loading...
Sosiologi Pendekatan Kritikan Sastra - Setelah kita membicarakan kritikan karya sastra dan fungsi-fungsinya, kembali kita pada objektif tulisan ini kesan dan polemik yang dinyatakan ditulisan awal tadi. Dalam bagian ini kita akan melihat mengapa sosiologi dianggap sebagai suatu pendekatan yang penting dalam kritikan sastra. Kita juga akan melihat bahwa pendekatan sosiologi tidak bersifat ekstrinsik atau eksternal dan sempit tetapi sosiologi sebagai satu pendekatan kritikan bukan hanya digunakan untuk kritikan eksternal tetapi juga kritikan sebuah karya sastra. Untuk menjelaskan maksud tulisan objektif ini kita akan kembali mengaitkan dengan dua jenis kritikan tadi, yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Namun perbincangan akan lebih menumpuk pada aspek kritikan intrinsik karena dalam aspek inilah pendekatan sosiologi ditolak.

Kritikan intrinsik seperti yang dikatakan oleh Lutfi Abas ialah mencari dan memperbaiki kelemahan berbagai unsur, kelemahan dan keseimbangan unsur. Dengan bantuan ilmu sosiologi hal ini dapat direalisasikan khususnya dalam bidang keberbagai macaman unsur. Misalnya pengkritik yang ingin memperbaiki mutu karya sastra seorang penulis yang tidak mengandung keberagaman bahasa boleh menjelaskan dengan ilmu sosiologi. Apabila pendekatan ilmu sosiologi digunakan, pengkritik mula mula menjelaskan bahwa antara satu bangsa dengan bangsa lainnya tentu menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa melayu berbeda dengan bahasa inggris, bahasa melayu brunei berbeda dengan bahasa melayu indonesia atau malaysia, dialek kampung anyer berbeda dengan dialek kedayan dan lain sebagainya. Dalam ilmu sosiologi perbedaan ini dijelaskan dengan merujuk garis geografi (seperti yang dikaji oleh dialektologi), kebudayaan, kepercayaan, perserikatan tempat tinggal, corak pekerjaan, cuaca dan lain sebagainya. Sebagai contoh perhatikan ragam bahasa yang terdapat pada novel Pangkuan Pariyem karya Linus Suryadi :

1. Bahasa Melayu Standar Indonesia, misalnya:

“semoga kehadiran diterima dan diberkati oleh alam serta segenap isinya”

2. Bahasa Jawa, misalnya

“othok owok bang beleken ora methok dadi golekan”

3. Bahasa Latin, misalnya

“menssana in corpore sano”

4. Bahasa Inggris, misalnya

“the first night, first night”

Sosiologi : Ilmu Sosial Menjadi Pendekatan Kritikan Sastra

Jadi terdapat empat ragam bahasa yang digunakan oleh Linus. Linus menggunakan ragam bahasa itu pada watak yang berbeda mengikuti lingkungan yang berbeda. Pariyem adalah watak yang sering menggunakan bahasa jawa sesuai dengan wataknya sebagai pembantu rumah tangga yang tidak berpendidikan. Bahasa latin diatas digunakan oleh Raden Baguse sesuai dengan watak sebagai orang yang terpelajar dan berpeluang bergaul dengan orang asing. Sedangkan bahasa Inggris diatas digunakan oleh kang Kliwon sesuai dengan wataknya sebagai orang kampung yang hijrah ke Jakarta.

Melalui penjelasan ini pengkritik akan dapat meyakinkan karyawan dan pembaca tentang perbedaan itu. Mereka akan dapat memahami dan menerima perbedaan keberagaman bahasa antara kaum, umur, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Barulah nanti mereka akan dapat mengaplikasian kepahaman itu dalam karya mereka.
Loading...
Back To Top