-->

TOP-LEFT ADS

Kamis, 17 November 2016

JOKOWI PANIK by Zeng Wei Jian

Loading...
NASIONAL.INFO - Lain di mulut, lain di hati, lain di perilaku. Itu lah Jokowi. Sama seperti Ahok. Publik melihat Jokowi panik.

Panik berasal dari sensasi rasa takut dominan. It prevents reason and logical thinking.

Symptom itu tampak di Jokowi. Di malam 411, Jokowi bilang aksi damai umat Islam ditunggangi aktor politik. Beberapa hari kemudian, pernyataan "ditunggangi" direvisi jadi "dimanfaatkan".

Jokowi bilang, tidak akan melindungi Ahok. Namun, tiba-tiba dia mendatangi Mabes TNI AD, Marinir, Kopassus dan Brimob. Presiden panik. Publik melihat gestur ini sebagai konsolidasi militer menghadapi protes masif terhadap penista Alquran.
Image result for jokowi panik
Mantan Kasospol Letnan Jendral Syarwan Hamid bereaksi. Dia bilang, "Jokowi jangan coca-coba membenturkan prajurit TNI dengan rakyat."

Fatsoen politik GNPF MUI berbeda dengan sifat gerakan Amir Biki di Peristiwa Tanjung Priok. GNPF bukan sekedar gerakan sektarian, vigilance atau bermotif violence. Ini gerakan rakyat.

Tapi Jokowi sedang panik. Kepanikan 11-12 dengan kecemasan. Biasanya, kecemasan melanda kaum perempuan selama periode pramenstruasi dan fase postpartum. Ternyata, penistaan agama bikin kemelut politik. Itu bisa bikin presiden jadi cemas.

Sebelumnya, Jokowi memperlihatkan gejala agoraphobia (fear of the marketplace). Dia takut keramaian dan memilih tempat sepi sebagai alasan. Alih-alih menerima para ulama dan habaib, Jokowi melakukan inspeksi proyek kereta bandara.

Cemas dan agoraphobic itu juga berasal dari rasa takut. Dalam kasus Jokowi, rasa takut itu bisa jadi berasal dari perasaan bersalah (feeling guilty).

Psikolog Beverly D. Flaxington bilang perasaan bersalah "is a natural emotion...the little voice that tells you "that's not right", can become so insidious that it steals your happiness."

Mayoritas rakyat tau Ahok menista Surah Al Maidah 51. Jokowi tau itu salah. Kena pasal 156a. Jokowi tau bahkan Presiden Suharto (presiden terkuat sepanjang sejarah NKRI) tidak berani mengintervensi masalah penistaan agama.

Bpk. Amien Rais menuding adanya tekanan dari para taipan penyandang dana kampanye Jokowi-Ahok bikin Jokowi serba-salah.

Di satu sisi, Jokowi tau Ahok mesti masuk penjara. Sama seperti Arswendo, Alexander Aan dan Rusgiani. Tapi kondisi jadi lain saat para cukong menguasai republik. Presiden bisa jatuh menjadi jongos mereka.

Sekali pun Jokowi tau, kemelut ini bisa picu revolusi sosial, dia terpaksa mesti lakukan sesuatu. Setelah gagal meredam para ulama NU, Muhamadiyah dan 70 Ormas Islam, Jokowi menerima kedatangan Ulama Mesir, Syeikh 'Amr Wardhani.

Ini upaya terakhir Jokowi mengintervensi gelar perkara Ahok. Recananya, Syeikh Wardhani akan dijadikan saksi ahli Ahok.

Publik bereaksi keras. MUI menulis surat kepada Grand Syeikh Prof Dr. Ahmad Thayyib di Cairo. Syeikh Wardhani dipanggil pulang.

Selain sebagai upaya melindungi Ahok, manuver Jokowi ini dibaca publik sebagai sikap meremehkan Ulama Indonesia. Publik semakin meradang. Padahal sejumlah Projo Militan seperti Metiya Puteri sudah berbalik tidak lagi mendukung Jokowi.

Jokowi jadi blunder saat masalah Ahok bukan soal tafsir. Ahok merilis pernyataan "dibohongi pake Al Maidah 51". Ada kata "dibodohi" pula. Di situ letak penistaannya menurut MUI.

Sebaiknya, Jokowi kembali jadi presiden rakyat. Jangan jadi presidennya para cukong. Tegakan hukum. Tangkap penista agama. Jangan sakiti umat muslim. Niscaya rakyat akan bela dan dukung Jokowi bila diserang para taipan rasis.

Bila dia tetap memilih jadi "presidennya cukong", maka kepanikan akan terus timbul-tenggelam. Jokowi akan melakukan blunder, blunder dan blunder lagi. Mengutip Indra Bekti, itu bisa "bikin illfeel."  Muaranya di sidang istimewa MPR.

THE END
Loading...
Back To Top