-->

TOP-LEFT ADS

Senin, 14 November 2016

Orang orang NU

Loading...
Image result for orang nu

(By. Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)


Diantara rombongan massa yang melewati jalan2 disepanjang alur Demo 411 kemarin, barisan massa yang rapi bergerak ke arah Istana dari arah Bundaran HI, sambil melantunkan berbagai wirid dengan mulut berkomat kamit, tidak sedikitpun melihat ke kiri ke kanan. Saya mengenal zikir "Hasbunallah wa nikmal wakil" dan "wirid Shalawat Badhar". Tapi ini bukan. Hanya orang pesantren atau tareqat lah yang mungkin hafal wirid mereka yang begitu panjang.

Saya menyampaikan pikiran saya kepada cucu pendiri Nahdatul Ulama, Bunda LiLi Wahid, pada malam 411 tersebut, bahwa meskipun struktur NU melarang warganya turun ke jalan, namun bisa dipastikan sejuta massa Nahdatul Ulama sudah menyatu dengan sejuta massa Islam lainnya. Lili Wahid, hanya tersenyum, diantara semak semak dan bau harum nasi dan logistik lainnya yang akan di pasoknya ke massa aksi. Wanita tua sederhana ini mengatakan bahwa struktur tidak mampu lagi mengontrol massanya.

Kekuatan Allah dan Sidney Jones

Atas undangan The Wahid Institute, 1 November, Sidney Jones, pengamat Islam dan Terorisme yang menjadi rujukan barat dan berita media media barat, memprediksi bahwa demo 411 hanyalah gerakan segelintir kaum "hardliner", radikal. Karena menurut Jones, gerkan ini hanyalah bagian dari ribut pilkada, di mana segelintir ummat Islam tidak bisa menerima agenda kebangsaan yang bercorak demokrasi, pluralistik serta seakan tidak mau melihat kekuatan Ahok sebagai Gubernur yang sukses. Jones bahkan berpikir kelompok radikal itu hanya mungkin berjumlah puluhan ribu saja.

Untuk itu Jones menghimbau agar ada gerakan gerakan tandingan yang melawan kaum radikalis ini. Himbauan Jones dilakukan pada 5 November, dengan gerakan aksi seribuan massa di jakarta, yang mewakili berbagai ormas non Islam, yang dibuka Menteri Agama.

Kegagalan Jones dalam memahami Islam di Indonesia, karena dia tidak bisa melihat 3 hal sebagai berikut: (1) Islam di Indonesia tidak sama dengan di dunia Arab. Perbedaannya karena karakter masyakarat kita yang "tepo seliro", harmoni, memaafkan, dlsb. bersifat sangat inklusif. Kehadiran kaum radikal dan "Jihadis" yang bercorak timur tengah  hanya mampu masuk sebagai bagian saja bukan sebagai mainstream gerakan ummat.

(2) Jones gagal melihat bahwa bagi mayoritas ummat Islam, 411 bukanlah persoalan pilkada. Urusan pilkada adalah politik kekuasaan. Bagi orang Islam, urusan membela ayat ayat Allah adalah panggilan akhirat, bukan dunia. Bagi pengamat barat, kegagalan mereka terlihat ketika menyamakan semua manusia di analisis dalam dunia yang fana saja.

(3) Jones gagal melihat transformasi masyarakat dalam dunia baru, dunia dengan internet dan media sosial, di mana manusia manusia menemukan hirarki dirinya dalam struktur di langsung bawah Allah, bukan dibawah para ulama dan kyai. Sumber sumber ilmu yang bertebaran di internet yang diolah akalnya, membuat manusia menjadi mengenal Tuhannya secara langsung.

Dalam analogi hukum fisika  (gerak elektron, gugusan  atom atom akan mencari inti atom agar ia menyerap energi) manusia mencari kemanusiannya yang lebih besar. Mencari melalui mencari Tuhannya. Kekuatan Allah.

Jutaan massa yang melimpah ruah 411 adalah hasil gerakan manusia itu yang bersifat langsung dengan Tuhannya. Mereka adalah manusia baru. Bukan konsumen media massa. Setiap orang ada produsen. Mereka ingin didengar. Dan kita, orang2 Islam, melihat fenomena itu, sekali lagi, sebagai kekuatan Allah.

Ulama yang faham dengan situasi jaman "flat world" saat ini, berusaha untuk menjadi bagian "inti atom" sebagai perekat. Mereka berpikir kultural sebagai utama dan struktur sebagai sekunder.  Ulama yang gagal memahami, akan tetap berpikir pola lama, berusaha merebut struktur dan melupakan kultur. Habib Rizieq, contohnya, ulama yang berpikir kultur.

Jones salah berpikir tentang Habib Rizieq dan masyarakat yang bergolak kemarin. Sehingga pesan Yenny Wahid (the Wahid Institute) dan Sidney Jones kepada dunia barat tentang demo 411 mengalami kesalahan total.

NU dan Perubahan Sikapnya

Pada sebuah pertemuan tanggal 8 November, orang orang di situ membicarakan perubahan sikap Said Aqil Sirod, yang mendukung dan apresiasi demo 411. Dan lalu Bunda Lili Wahid hanya tersenyum senyum. Saya menanyakan padanya kenapa Struktur NU berubah sikap dan pandangan setelah bertemu Jokowi 2 hari lalu? Lili Wahid mengatakan bahwa NU struktur melihat realitas sejuta NU kultural bergerak dalam aksi 411. Buat mereka itu suatu keharusan untuk mengawal ummatnya.

Memang sebenarnya peranan tokoh NU seperti K.H. Makhruf Amin, Rois Aam NU dan Habib Rizieq, tokoh kultural ahlussunnah wal jamaah, sangat sentral dalam gerakan 411 kemarin. Bahkan, orang2 radikal dan yang sering distigmakan Wahabi dan Salafi meng "imami" fatwa MUI pimpinan K.H Mahruf Amin dan pemimpin massa aksi Habib Rizieq. Lalu, bukankah NU sudah "lebih depan" dari non NU?

Sekarang kita melihat 2 fenomena besar. Agama sebagai sumber perubahan sudah diperlihatkan Donald Trump dengan mengekploitasi ajaran Kristen Evangelical di Amerika, dan dia berpotensi menang. Dan kedua, di Indoenesia, gerakan jutaan ummat Islam telah merubah Jokowi ke lingkungan yang lebih kanan, beberapa hari ini.

Semoga pilihan struktur NU kembali arah perjuangan massa rakyat Islam, akan mengawal perubahan perubahan besar bangsa ini ke depan. Dan Jokowi akan memilih jalan di "kanan" seterusnya.
Loading...
Back To Top