-->

TOP-LEFT ADS

Minggu, 20 November 2016

Umat Nasrani Terharu, Umat Islam Bantu Bersihkan Gereja Oikumene: Toleransi yang Begitu Indah

Loading...
NASIONAL.INFO - PERLU hujan untuk melihat pelangi. Kalimat itu dilontarkan seorang gadis Nasrani yang terharu ketika gereja tempatnya berbidah dibersihkan oleh saudaranya yang beragama Islam. Lima hari pasca peledekan bom di depan Gereja Oikumene, tidak ada lagi ketegangan. Umat Nasrani dan Muslim pun saling berangkulan untuk membersihkan gereja dan masjid.

Lima hari berlalu pasca pemboman di depan Gereja Oikumene, Sengkotek. Kejadian ini menjadi catatan sejarah kelam Indonesia. Meskipun ada indikasi pelaku ingin memecah belah umat beragama, tapi pemikiran tersebut seolah terobati dengan aksi bersih-bersih yang dilakukan masyarakat di gereja tersebut.

Garis polisi telah dilepas dua hari lalu. Jumat, (18/11/2016) kemarin sejak pukul 07.30 Wita gabungan anggota TNI, Polri, aparat dari Kecamatan Loa Janan Ilir, dan sejumlah masyarakat berbondong-bondong mendatangi gereja tersebut.

Langit begitu gelap, dan udara pun seolah membeku. Tapi, kebekuan tersebut seolah terobati dengan canda tawa seluruh aparat dan masyarakat yang hadir untuk membersihkan serpihan-serpihan sisa ledakan di depan gereja. Tidak ada perbedaan status yang terlihat. Semua turun tangan membersihkan, sambil sesekali saling melemparkan gurauan.

Yang lebih menarik adalah, masyarakat yang datang membantu didominasi warga muslim. Sesuatu yang menunjukkan bahwa tragedi tersebut tidak berhasil memecah kesatuan warga Samarinda.

Dengan menggunakan kopiah, para kaum muslim pria sibuk membersihkan rerumputan liar yang tumbuh di teras dan pekarangan gereja. Mereka sibuk membersihkan seluruh kotoran yang menempel di dinding dan tiang bangunan.

Beralih ke dalam ruangan gereja. Ibu-ibu berhijab bersama para jemaat gereja tengah sibuk menyikat dan mengepel lantai tepat di depan altar atau tempat pendeata memimpin ibadah.

Beralih pandang keluar pagar dan jalan, nampak anggota TNI, Polisi, dan masyarakat tengah sibuk membersihkan sampah dan mengecet ulang pagar gereja.
Demi apapun, pemandangan tersebut sangat mencerminkan kerukunan dari masyarakat sekitar. Pemandangan yang akan membuat setiap mata yang memandang akan ikut tersentuh dan meyakini bahwa kerukunan begitu indah.

“Kita semua bersaudara. Perbedaan mungkin bisa menjadi senjata ampuh bagi para teroris untuk memecah kesatuan kita. Tetapi, jika kita bisa menganggap semua orang dari kalangan manapun adalah saudara, Insya Allah tidak ada satu senjata pun yang bisa merobek persatuan kita,” kata Sugiono (48) salah satu umat Muslim yang hadir membantu membersihkan gereja.

Begitupun Grace (26). Dengan terharu, wanita Nasrani ini menyeka air mata yang tanpa seizinnya terurai keluar. Dia mengaku sangat terharu melihat persatuan yang sangat kental dan nyata di depan matanya tersebut. “Saya tidak pernah melihat kepedulian yang begitu dalam dari saudara-saudara yang berbeda agama. Tetapi, hari ini saya melihat kasih yang begitu tulus dari saudara-saudara meski berbeda keyakinan. Karena memang benar bahasa kasih. Jika kita ingin melihat pelangi, kita harus menerima hujan,” terang Grace terharu.

Kapolsekta Samarinda Seberang, Kompol Bergas Hartoko mengatakan, tujuan dari bakti sosial tersebut adalah untuk membangkitkan rasa kebersamaan kembali antar seluruh kalangan masyarakat. Terutama untuk wilayah Kecamatan Loa Janan Ilir yang masyarakatnya memiliki partisipasi dan kesatuan yang baik.


“Kita harus bisa menunjukkan secara aksen keterlibatan semua elemen. Baik dari TNI, Polri dan masyarakat bersama-sama menunjukkan toleransi sebagai umat beragama. Dengan begitu, bisa menunjukkan bahwa masyarakat kita masih memiliki rasa persatuan yang tinggi. Tidak ada perbedaan golongan. Kita satu bangsa, yakini dan tunjukan tidak ada yang bisa memecah kita,” tegas Bergas.

Danramil 0901-03 Samarinda Seberang, Mayor Inf Supriadi mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan pengawasan, sesuai kesepakatan hasil rapat antar seluruh tokoh masyarakat.

“Semoga tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini. Semoga lebih aman. Sebelum kejadian pun aman, tetapi karena ada oknum yang kurang baik, keamanan kita pun terusik. Dengan begitu menjadi pemacu bagi semua untuk lebih waspada,” terangnya.

Lurah Harapan Baru Andi Heriwati yang turut hadir membantu menuturkan bahwa kejadian tersebut harus bisa menjadi pembelajaran bagi semua agar lebih mawas diri dalam bermasyarakat. “Dengan begitu bisa tercipta hubungan harmonis antar umat beragama tanpa ada perbedaan,” tandasnya.

Pukul 09.00 Wita setelah selesai membersihkan gedung gereja, masyarakat bergeser ke Masjid Mujahiddin juga untuk melakukan aksi bersih-bersih. Di tempat ini dipimpin Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Samarinda Masdar Amin. Masjid ini sebenarnya tidak difungsikan lagi selama belasan tahun terakhir untuk salat jumat. Hal itu lantaran selama belasan tahun itu pula kelompok ekstrem Islam radikal yang mengelola masjid ini. Pasca kejadian tersebut, masjid ini pun berganti nama menjadi Masjid Al Ishlah yang artinya perdamaian.

Menariknya, saat masyarakat melakukan aksi bersih-bersih di dalam ruangan masjid, ditemukan 6 buah busur dan anak panah yang terbuat dari bambu. Alat perang tersebut tersimpan di bawah tumpukan barang bekas. Selanjutnya busur tersebut dibawa ke Mapolsekta Samarinda Seberang untuk diteruskan ke Polresta Samarinda sebagai bahan tambahan penyelidikan.

“Melihat kondisinya (busur, Red) sudah lama tidak digunakan. Dan kemungkinan mereka gunakan untuk berlatih ketangkasan,” terang Kapolsekta Samarinda Seberang, Kompol Bergas Hartoko.

Tepat pukul 10.00 Wita masyarakat membubarkan diri. Warga pun kembali berkumpul di masjid “baru” itu pada pukul 11.30 Wita untuk Salat Jumat untuk pertama kalinya yang langsung diimani kepala Kemenag Samarinda Masdar Amin.

“Masjid ini kita kembalikan kepada masyarakat. Supaya bisa difungsikan sebagaimana mestinya. Harapan kita juga semoga tidak digunakan untuk beribadah saja, tetapi juga bisa digunakan untuk kegiatan keagamaan dan pendidikan. Kita semua bersyukur kondisinya tidak mencekam lagi, tetapi sudah damai dan rukun. Seperti yang terlihat pada hari ini, masyarakat sudah kembali bersemangat untuk beribadah di masjdi Al-Ishlah ini,” tutup Masdar.

Camat Loa Janan Ilir, Noviansyah menyebut, keamanan sekitar bukan hanya tugas dari aparatur penegak hukum. Tetapi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Untuk pengawasan, Noviansyah terus berkoordinasi dengan pihak Kelurahan ketua RT dan tokoh masyarakat setempat.
“Kami akan terus beri imbauan kepada masyarakat untuk lebih waspada. Permasalahan yang telah berlalu semoga bisa menjadi pembelajaran bagi semua,” kata Noviansyah.

Kepala Kesbangpol Kota Samarinda, Erhamsyah Yusuf yang turut hadir menuturkan bahwa Wali Kota Samarinda sudah menyampaikan bahwa Pemkot ikut bertanggung jawab untuk para korban bom dan kerugian lainnya. Meskipun selama ini, masyarakat pada umumnya mengandalkan swadaya sendiri untuk memperbaiki bangunan yang masih bisa mereka tangani sendiri.

“Untuk perawatan rumah ibadah di sini bisa saya usulkan. Hanya saja prosesnya pasti panjang. Semua yang kita lakukan harus bisa dipertanggungjawabkan. Harapannya pemerintah dan kita semua kejadian ini tidak terulang lagi. Dan kami selalu mendukung semua kegiatan yang dilakukan masyarakat, selama itu membangun daerah mereka. Pemerintah akan terus memberi perhatian,” terangnya. (ps)***(NUSANEWS)***
Loading...
Back To Top