Loading...
NASIONAL.INFO - Bagi pecinta minuman keras di Kota Solo dan sekitarnya, nama Social Kitchen sudah sangat tidak asing. Restauran di kawasan Banjarsari tersebut merupakan tempat favorit yang memanjakan pengunjung dengan sajian beragam merk minuman keras.
Selain digunakan sebagai tempat makan, Social Kitchen juga menyediakan tempat untuk pesta miras. Bagi pengunjung yang datang dikenakan tarif 50 ribu dan mendapatkan satu botol minuman keras. Setiap hari, diskotek tersebut memiliki jadwal yang berbeda-beda mulai dari bintang tamu, disc jokey hingga sexy dance yang ditampilkan.
Meski dalam jadwal acara dimulai pukul 23.00 malam, namun biasanya tempat tersebut akan ramai didatangi mejelang pergantian hari pukul 24.00. Hampir setiap hari para penikmat minuman keras mendatangi tempat tersebut. Bahkan menurut penelusuran Panjimas.com di lapangan, penikmat miras yang datang di Social Kitchen mencapai ratusan orang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya parkir motor dan mobil yang meluber hingga ke jalan-jalan.
Alasan para pemikmat minuman keras tersebut mendatangi Social Kitchen karena merasa aman. Mereka bebas mabuk dengan berbotol-botol minuman keras karena tidak akan ditangkap Polisi. Sehingga wajar Sosial Kitchen menjadi tempat favorit.
Aparat kepolisian dan pemerintah kota Solo sebenarnya juga sudah mengetahui jika ditempat tersebut digunakan untuk pesta mabuk, tari telanjang hingga transaksi narkoba. Namun seolah tak mau tahu menjadikan Social Kitchen kian hari semakin tak terkendali.
Pembiaran terhadap tempat maksiat itulah yang kemudian diprotes para tokoh Islam Solo hingga akhirnya tuntutan keraspun mulai dilakukan.
Beberapa Ormas Islam lantas berinisiatif untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar mulai dari menegur secara langsung kepada pengelola Social Kitchen, melapor ke Polres Solo hingga ke Satpol PP. Namun semua itu seolah menjadi angin lalu tanpa ada keseriusan dari aparat penegak hukum untuk menutup tempat maksiat tersebut. Aparat malah terlihat saling lempar tanggung jawab.
Banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen Social Kitchen selain dari unsur kemaksiatan. Menurut Humas LUIS, Endro Sudarsono Social Kitchen juga tak memiliki ijin gangguan yang biasa disebut izin HO (hinderordonnantie).
“Selain tidak memiliki izin HO, Social Kitchen juga sering melanggar jam tutup operasional. Harusnya tutup pukul satu dini hari dalam praktiknya mereka tutup pada jam tiga pagi” tutur Endro Sudarsono kepada Panjimas.com.
Berdasarkan penelusuan Panjimas.com, warga sekitar juga merasa keberatan dengan keberadaan diskotik tersebut, namun banyak dari mereka yang enggan untuk melapor ke Pemerintah Kota karena takut keamannya terganggu.
Kebalnya hukum yang dimiliki oleh Social Kitchen ini ditengarai lantaran banyak dari oknum aparat yang menjadi backing tempat tersebut. Sehingga meski diprotes berkali-kali Social Kitchen tetap ramai dikunjungi bagi penikmat minuman keras.
…Miris!!! Banyaknya pengunjung Social Kitchen yang ternyata adalah remaja ABG. Saat digerebek ditemukan sekitar 150 pengunjung yang semuanya mabuk sambil berpelukan, berciuman, dan berjoget ria…
Tak cukup di situ, yang lebih miris adalah banyaknya pengunjung Social Kitchen yang ternyata adalah remaja ABG. Hal ini dibuktikan saat adanya penggrebekan yang dilakukan oleh sejumlah Ormas Islam pada Ahad dini hari, (18/12/2016).
Dari penggrebekan itu ditemukan sejumlah minuman keras dengan merk cukup terkenal dan kurang lebih 150 pengunjung yang semuanya mabuk. Sambil berpelukan dan berciuman, mereka berjoget ria menikmati permainan disc jokey dengan suara musik yang memekakkan telinga.
Penggrebekan itu sendiri terjadi lantaran diamnya aparat penegak hukum yang tak mampu menutup tempat maksiat tersebut.
“Kami melakukan ini karena tak ingin kota Solo menjadi tempat tujuan bagi para penikmat minuman keras,” ujar Endro Sudarsono.
Selain digunakan untuk pesta miras tak jarang tempat tersebut, seorang pengunjung yang minta dirahasiakan namanya, menyatakan bahwa Social Kitchen juga sering digunakan sebagai sarana untuk bertransaksi narkoba. Tak cukup disitu, bagi kalangan hidung belang kelas atas, Sosial Kitchen juga sering disebut menjadi tempat untuk favorit untuk melakukan transaksi sex.
Begitulah segudang pelanggaran yang dilakukan Social Kitchen untuk merusak generasi muda. Namun Ironisnya, baik Pemerintak Kota Solo dan Kepolisian seakan bungkam tak mampu bergerak. Entah karena takut atau tak mau tahu.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, puluhan Ormas Islam yang terdiri dari Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Jamaah Ansharus Syariah (JAS), Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Bregade Al Ishlah, dan lain-lain, menggeruduk Restauran dan Karaoke Social Kitchen, pada Ahad (17/7/2016). Ormas-ormas itu memprotes keras sajian tarian mesum di Restoran dan Karaoke Social Kitchen. Ormas juga mendesak agar Social Kitchen ditutup karena menyalahi izin resminya sebagai rumah makan.
Ormas-ormas Islam ini melakukan nahi munkar dengan melayangkan protes, berdasarkan laporan valid dari warga sekitar, bahwa Social Kitchen menggelar acara tarian sriptis para wanita berpakaian nyaris -maaf- telanjang. Laporan warga itu didukung testimoni warga dan bukti foto-foto dari lokasi. Berdasarkan testimoni warga, acara mesum itu bertarif 80.000 rupiah dan saweran minimal 50.000 rupiah.
Di hadapan Kapolsek Banjarsari dan Satpol PP, pihak Social Kitchen mengakui kesalahannya dan meminta maaf karena Social Kitchen sudah empat bulan menggelar dance seronok itu. Selanjutnya berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan dan melakukan perbaikan.
Menanggapi permintaan maaf itu, Agus Siswantoro dari Satpol PP mengancam akan menutup Social Kitchen jika terus melanggar izin. “Social Kitchen ini hanya mendapat ijin rumah makan dan izin jual miras kadar tertentu,” tegasnya.
Sejumlah pelanggaran dan menu kemaksiatan di Social Kitchen yang dihimpun LUIS antara lain:
Menyalahgunakan izin rumah makan untuk karaoke, tarian striptis kebugilan dan menjajakan miras
Tak memiliki ijin gangguan yang biasa disebut izin HO (hinderordonnantie).
Menyahali jam operasi yang seharusnya tutup jam satu dini hari, tapi praktiknya tutup pada jam tiga pagi.
Menjadi ajang maksiat yang dilakukan oleh para remaja ABG. Saat digerebek ormas Islam, sekitar 150 pengunjung semuanya mabuk sambil berpelukan, berciuman dan berjoget ria.
Jengah terhadap lambatnya penanganan aparat, ormas Islam gabungan dari beberapa laskar Islam Solo melakukan penggerebekan pada Ahad dini hari (18/12/2016). Dalam aksi tersebut ormas Islam berhasil menemukan puluhan minuman keras merk mahal dan ratusan ABG yang sedang pesta miras dan berbuat mesum. [SY][panjimas]
Selain digunakan sebagai tempat makan, Social Kitchen juga menyediakan tempat untuk pesta miras. Bagi pengunjung yang datang dikenakan tarif 50 ribu dan mendapatkan satu botol minuman keras. Setiap hari, diskotek tersebut memiliki jadwal yang berbeda-beda mulai dari bintang tamu, disc jokey hingga sexy dance yang ditampilkan.
Meski dalam jadwal acara dimulai pukul 23.00 malam, namun biasanya tempat tersebut akan ramai didatangi mejelang pergantian hari pukul 24.00. Hampir setiap hari para penikmat minuman keras mendatangi tempat tersebut. Bahkan menurut penelusuran Panjimas.com di lapangan, penikmat miras yang datang di Social Kitchen mencapai ratusan orang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya parkir motor dan mobil yang meluber hingga ke jalan-jalan.
Alasan para pemikmat minuman keras tersebut mendatangi Social Kitchen karena merasa aman. Mereka bebas mabuk dengan berbotol-botol minuman keras karena tidak akan ditangkap Polisi. Sehingga wajar Sosial Kitchen menjadi tempat favorit.
Aparat kepolisian dan pemerintah kota Solo sebenarnya juga sudah mengetahui jika ditempat tersebut digunakan untuk pesta mabuk, tari telanjang hingga transaksi narkoba. Namun seolah tak mau tahu menjadikan Social Kitchen kian hari semakin tak terkendali.
Pembiaran terhadap tempat maksiat itulah yang kemudian diprotes para tokoh Islam Solo hingga akhirnya tuntutan keraspun mulai dilakukan.
Beberapa Ormas Islam lantas berinisiatif untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar mulai dari menegur secara langsung kepada pengelola Social Kitchen, melapor ke Polres Solo hingga ke Satpol PP. Namun semua itu seolah menjadi angin lalu tanpa ada keseriusan dari aparat penegak hukum untuk menutup tempat maksiat tersebut. Aparat malah terlihat saling lempar tanggung jawab.
Banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen Social Kitchen selain dari unsur kemaksiatan. Menurut Humas LUIS, Endro Sudarsono Social Kitchen juga tak memiliki ijin gangguan yang biasa disebut izin HO (hinderordonnantie).
“Selain tidak memiliki izin HO, Social Kitchen juga sering melanggar jam tutup operasional. Harusnya tutup pukul satu dini hari dalam praktiknya mereka tutup pada jam tiga pagi” tutur Endro Sudarsono kepada Panjimas.com.
Berdasarkan penelusuan Panjimas.com, warga sekitar juga merasa keberatan dengan keberadaan diskotik tersebut, namun banyak dari mereka yang enggan untuk melapor ke Pemerintah Kota karena takut keamannya terganggu.
Kebalnya hukum yang dimiliki oleh Social Kitchen ini ditengarai lantaran banyak dari oknum aparat yang menjadi backing tempat tersebut. Sehingga meski diprotes berkali-kali Social Kitchen tetap ramai dikunjungi bagi penikmat minuman keras.
…Miris!!! Banyaknya pengunjung Social Kitchen yang ternyata adalah remaja ABG. Saat digerebek ditemukan sekitar 150 pengunjung yang semuanya mabuk sambil berpelukan, berciuman, dan berjoget ria…
Tak cukup di situ, yang lebih miris adalah banyaknya pengunjung Social Kitchen yang ternyata adalah remaja ABG. Hal ini dibuktikan saat adanya penggrebekan yang dilakukan oleh sejumlah Ormas Islam pada Ahad dini hari, (18/12/2016).
Dari penggrebekan itu ditemukan sejumlah minuman keras dengan merk cukup terkenal dan kurang lebih 150 pengunjung yang semuanya mabuk. Sambil berpelukan dan berciuman, mereka berjoget ria menikmati permainan disc jokey dengan suara musik yang memekakkan telinga.
Penggrebekan itu sendiri terjadi lantaran diamnya aparat penegak hukum yang tak mampu menutup tempat maksiat tersebut.
“Kami melakukan ini karena tak ingin kota Solo menjadi tempat tujuan bagi para penikmat minuman keras,” ujar Endro Sudarsono.
Selain digunakan untuk pesta miras tak jarang tempat tersebut, seorang pengunjung yang minta dirahasiakan namanya, menyatakan bahwa Social Kitchen juga sering digunakan sebagai sarana untuk bertransaksi narkoba. Tak cukup disitu, bagi kalangan hidung belang kelas atas, Sosial Kitchen juga sering disebut menjadi tempat untuk favorit untuk melakukan transaksi sex.
Begitulah segudang pelanggaran yang dilakukan Social Kitchen untuk merusak generasi muda. Namun Ironisnya, baik Pemerintak Kota Solo dan Kepolisian seakan bungkam tak mampu bergerak. Entah karena takut atau tak mau tahu.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, puluhan Ormas Islam yang terdiri dari Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Jamaah Ansharus Syariah (JAS), Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Bregade Al Ishlah, dan lain-lain, menggeruduk Restauran dan Karaoke Social Kitchen, pada Ahad (17/7/2016). Ormas-ormas itu memprotes keras sajian tarian mesum di Restoran dan Karaoke Social Kitchen. Ormas juga mendesak agar Social Kitchen ditutup karena menyalahi izin resminya sebagai rumah makan.
Ormas-ormas Islam ini melakukan nahi munkar dengan melayangkan protes, berdasarkan laporan valid dari warga sekitar, bahwa Social Kitchen menggelar acara tarian sriptis para wanita berpakaian nyaris -maaf- telanjang. Laporan warga itu didukung testimoni warga dan bukti foto-foto dari lokasi. Berdasarkan testimoni warga, acara mesum itu bertarif 80.000 rupiah dan saweran minimal 50.000 rupiah.
Di hadapan Kapolsek Banjarsari dan Satpol PP, pihak Social Kitchen mengakui kesalahannya dan meminta maaf karena Social Kitchen sudah empat bulan menggelar dance seronok itu. Selanjutnya berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan dan melakukan perbaikan.
Menanggapi permintaan maaf itu, Agus Siswantoro dari Satpol PP mengancam akan menutup Social Kitchen jika terus melanggar izin. “Social Kitchen ini hanya mendapat ijin rumah makan dan izin jual miras kadar tertentu,” tegasnya.
Sejumlah pelanggaran dan menu kemaksiatan di Social Kitchen yang dihimpun LUIS antara lain:
Menyalahgunakan izin rumah makan untuk karaoke, tarian striptis kebugilan dan menjajakan miras
Tak memiliki ijin gangguan yang biasa disebut izin HO (hinderordonnantie).
Menyahali jam operasi yang seharusnya tutup jam satu dini hari, tapi praktiknya tutup pada jam tiga pagi.
Menjadi ajang maksiat yang dilakukan oleh para remaja ABG. Saat digerebek ormas Islam, sekitar 150 pengunjung semuanya mabuk sambil berpelukan, berciuman dan berjoget ria.
Jengah terhadap lambatnya penanganan aparat, ormas Islam gabungan dari beberapa laskar Islam Solo melakukan penggerebekan pada Ahad dini hari (18/12/2016). Dalam aksi tersebut ormas Islam berhasil menemukan puluhan minuman keras merk mahal dan ratusan ABG yang sedang pesta miras dan berbuat mesum. [SY][panjimas]
Loading...