Loading...
NASIONAL.INFO - Kivlan Zein bergabung bersama Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, dalam Aksi Bela Islam.
Hal itu, katanya, semata dilakukan karena sebagai muslim terpanggil atas penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang sejalan dengan sikap politiknya tentang penegakan kebenaran dan keadilan.
"Kalau Agama Islam dihina, masa saya diam, ya harus dibela. Tapi, dibela dengan cara-cara legal, yaitu keadilan di pengadilan. Tapi, saya lihat keadilan itu tidak ditegakkan. Yang lain menghina Islam langsung ditahan, dipenjara. Kok ini enggak ditahan, kenapa?" kata bekas Kepala Staf Kostrad tersebut kepada Tribunnews di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (3/12/2016) pekan lalu, sehari setelah dirinya dibebaskan pasca-ditangkap polisi karena sangkaan makar.
"Apa karena ada kekuatan apa di balik ini? Berarti ada kekuatan besar supaya Ahok tidak ditangkap.
Karena kalau Ahok tidak ikut dan jadi tidak menang. Kalau tidak menang, orang-orang di belakang dia enggak dapat tempat, enggak dapat properti, reklamasi pulau tidak dilaksanakan," sambungnya.
Bahkan, dalam rangka penegakan kebenaran dan keadilan itu, Kivlan mengaku rela menjadi tameng hidup untuk Rizieq Shihab, jika aparat Polri/TNI melakukan tindakan represif berupa penembakan, pada aksi 411 dan 212 lalu.
Kivlan pun mengakui ada perjanjian dirinya akan memimpin aksi bela negara untuk melakukan perlawanan, jika aparat TNI/Polri melakukan tindakan represif kepada massa Aksi Bela Islam.
"Jadi, saya tidak tahu apa yang mereka rancangkan itu. Cuma waktu tanggal 411, saya berada di sampingnya Habib Rizieq, karena ada perjanjian aksi bela negara kalau dia tertembak, maka saya akan memimpin massa. Rencananya, waktu 212 itu saya juga mendampinginya," ungkapnya.
Kivlan membantah mendukung habis hingga siap pasang badan untuk Rizieq Shihab terkait unjuk rasa proses hukum Ahok ini, karena dirinya bagian orang-orang yang mendirikan ormas FPI pada Agustus 1998.
Menurut Kivlan, justru Kapolda Metro Jaya saat itu, Nugroho Djayusman, yang berperan mendirikan ormas FPI.
"Enggak, saya bukan pendiri dan bukan insiator pendirian FPI," tegas Kivlan.
"Yang mendirikan adalah Komjen Pol Nugroho Djayusman, Kapolda waktu itu. Didirikan karena yang ada ormas anti-Habibie, tidak ada ormas satu pun yang untuk membantu pemerintahan dalam membantu keamanan, semuanya ormas anti-Habibie. Jadi, dibentuklah FPI ini," paparnya. [tribun]
Hal itu, katanya, semata dilakukan karena sebagai muslim terpanggil atas penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang sejalan dengan sikap politiknya tentang penegakan kebenaran dan keadilan.
"Kalau Agama Islam dihina, masa saya diam, ya harus dibela. Tapi, dibela dengan cara-cara legal, yaitu keadilan di pengadilan. Tapi, saya lihat keadilan itu tidak ditegakkan. Yang lain menghina Islam langsung ditahan, dipenjara. Kok ini enggak ditahan, kenapa?" kata bekas Kepala Staf Kostrad tersebut kepada Tribunnews di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (3/12/2016) pekan lalu, sehari setelah dirinya dibebaskan pasca-ditangkap polisi karena sangkaan makar.
"Apa karena ada kekuatan apa di balik ini? Berarti ada kekuatan besar supaya Ahok tidak ditangkap.
Karena kalau Ahok tidak ikut dan jadi tidak menang. Kalau tidak menang, orang-orang di belakang dia enggak dapat tempat, enggak dapat properti, reklamasi pulau tidak dilaksanakan," sambungnya.
Bahkan, dalam rangka penegakan kebenaran dan keadilan itu, Kivlan mengaku rela menjadi tameng hidup untuk Rizieq Shihab, jika aparat Polri/TNI melakukan tindakan represif berupa penembakan, pada aksi 411 dan 212 lalu.
Kivlan pun mengakui ada perjanjian dirinya akan memimpin aksi bela negara untuk melakukan perlawanan, jika aparat TNI/Polri melakukan tindakan represif kepada massa Aksi Bela Islam.
"Jadi, saya tidak tahu apa yang mereka rancangkan itu. Cuma waktu tanggal 411, saya berada di sampingnya Habib Rizieq, karena ada perjanjian aksi bela negara kalau dia tertembak, maka saya akan memimpin massa. Rencananya, waktu 212 itu saya juga mendampinginya," ungkapnya.
Kivlan membantah mendukung habis hingga siap pasang badan untuk Rizieq Shihab terkait unjuk rasa proses hukum Ahok ini, karena dirinya bagian orang-orang yang mendirikan ormas FPI pada Agustus 1998.
Menurut Kivlan, justru Kapolda Metro Jaya saat itu, Nugroho Djayusman, yang berperan mendirikan ormas FPI.
"Enggak, saya bukan pendiri dan bukan insiator pendirian FPI," tegas Kivlan.
"Yang mendirikan adalah Komjen Pol Nugroho Djayusman, Kapolda waktu itu. Didirikan karena yang ada ormas anti-Habibie, tidak ada ormas satu pun yang untuk membantu pemerintahan dalam membantu keamanan, semuanya ormas anti-Habibie. Jadi, dibentuklah FPI ini," paparnya. [tribun]
Loading...