Loading...
NASIONAL.INFO - Saat ini di Maluku Utara, khususnya Kota Ternate, sedang heboh dengan rencana kedatangan Habib Rizieq. Walaupun jadwalnya belum diketahui rencana kedatangannya, namun Kapolda Brigjen Polisi Tugas Dwi Apriyanto beserta jajarannya, telah memanggil beberapa tokoh untuk membicarakan rencana kedatangan Habib Rizieq.
Diantara yang hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala BIN Daerah Malut, Handy Geniardy. Danrem 152 Babullah, Kolonel (inf) Sachono. Anggota DPRD Malut dari Partai Bualn Bintang, Suhri Hud. Ketua GP Ansor, Salim Thaib. Ketua MUI Malut, Samlan Ahmad. Penasehat MUI, Yamin Hadad. Sekretaris Wilayah Yayasan Al Khairat Hasby Yusuf. tokoh masyarkat Muhamad Selang.
Nampaknya upaya pertemuan dipaksakan untuk menolak kedatangan Habib Rizieq dengan membawa isu terkait dengan keberadaan Habib Rizieq akan membawa persoalan yang akan memecah keberagaman dan persatuan kepada penduduk Maluku Utara.
Salim Thaib, Ketua GP Ansor Malut, menyatakan telah mendapatkan intruksi langsung dari Pimpinan Pusat bahwa tidak ada namanya Imam Besar Umat Islam di Indonesia dan menolak apabila Habib Rizieq sebagai Pemimpin Islam Indonesia.
“GP Ansor secara tegas menolak Habib Rizieq dan Ormas FPI, di karenakan FPI organisasi yang bersifat kekerasan atas nama agama, sedangkan Agama Islam tidak mengajarkan kekerasan dan kejahatan,” kata Salim.
Namun tanggapan Salim justru dipertanyakan oleh masyarakat Maluku Utara, baik yang di Ternate mapun yang sedang berada di luar Maluku Utara, melalui sosial media.
Menurut salah satu pemilik akun bernama M Hendra Hamka, mempertanyakan hak GP Ansor apa dengan melarang Habib Rizieq datang ke Maluku Utara. “saya rasa GP Ansor tidak punya hak.” tulis M. Hendra Hamka melalui grup di sosmed Facebook Aku Cinta Maluku Utara (ACMU). dan dikomentari sebanyak 200 orang lebih, yang sebagian besar meminta agar Habib Rizieq tetap datang ke Ternate.
Berbeda dengan MUI pusat yang mendukung sepenuhnya langkah Habib Rizieq untuk hadir di berbagai daerah. MUI Maluku Utara justru memberikan pernyataan yang jauh dari konteks. “Kita berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, sesuai dengan Konstitusi bahwa Pimpinan tertinggi kita adalah Presiden RI,” ujar Salman Ahmad, yang mengatakan jika mereka tidak mengenal pemimpin tertinggi Umat Islam di Indonesia.
“Salman sepertinya gagal paham, yang mendaulat Habib Rizieq menjadi Imam Besar Umat Muslim Indonesia adalah umat muslim, bukan atas suka-suka Habib Rizieq,” ujar Ul Joisangadji yang sampai saat ini belum pernah mendengar atau membaca sebuah tulisan dari akun milik Habib Rizieq yang membanggakan diri atau menyebut dirinya sebagai Imam Besar Umat Muslim di Indonesia.
Dan yang paling aneh buat Ul, ketika Salman mencoba menyamakan pemimpin negara dengan pemimpin agama. Dan menganggap jika umat Islam tidak memerlukan pemimpin Agama karena sudah ada Presiden.
Muhammad Selang salah satu tokoh masyarakat Kota Ternate, menambahkan masyarakat Indonesia di mata hukum sama, terkait dengan Habib Rizieq menjadi Imam Besar Umat Islam, serahkan saja kepada hukum yang berlaku, sehingga kita tidak salah melangkah dalam menolak kedatangan Habib Rizieq ke kota Ternate.
“Islam mengajarkan berbuat baik untuk semua orang, maka dari itu apabila kedatangan Habib Rizieq hanya untuk mengacaukan masyarakat Kota Ternate, maka saya berharap agar Habib Rizieq tidak datang saja,” harap Selang.
Masyarakat merasa heran dengan pernyataan para tokoh dan pemimpin ormas, bahkan salah satu tokoh muda asal Morotai mempertanyakan informasi berasal dari siapa hingga para tokoh ormas mengambil kesimpulan demikian, “Kalau Kapolri dan pemerintah sepertinya memang membenci Habib Rizieq, mungkin dari situ asalnya,” ujar pria asal Pulau Morotai ini sambil menambahkan jika Habib Rizieq di Sumatera Utara, di Aceh justru membuat suasana menjadi tenang,
“Kalau soal Ketua GP Ansor wajarlah, karena dia juga kader PDIP yang tidak suka Habib Rizieq,” ujarnya tertawa.
Diantara yang hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala BIN Daerah Malut, Handy Geniardy. Danrem 152 Babullah, Kolonel (inf) Sachono. Anggota DPRD Malut dari Partai Bualn Bintang, Suhri Hud. Ketua GP Ansor, Salim Thaib. Ketua MUI Malut, Samlan Ahmad. Penasehat MUI, Yamin Hadad. Sekretaris Wilayah Yayasan Al Khairat Hasby Yusuf. tokoh masyarkat Muhamad Selang.
Nampaknya upaya pertemuan dipaksakan untuk menolak kedatangan Habib Rizieq dengan membawa isu terkait dengan keberadaan Habib Rizieq akan membawa persoalan yang akan memecah keberagaman dan persatuan kepada penduduk Maluku Utara.
Salim Thaib, Ketua GP Ansor Malut, menyatakan telah mendapatkan intruksi langsung dari Pimpinan Pusat bahwa tidak ada namanya Imam Besar Umat Islam di Indonesia dan menolak apabila Habib Rizieq sebagai Pemimpin Islam Indonesia.
“GP Ansor secara tegas menolak Habib Rizieq dan Ormas FPI, di karenakan FPI organisasi yang bersifat kekerasan atas nama agama, sedangkan Agama Islam tidak mengajarkan kekerasan dan kejahatan,” kata Salim.
Namun tanggapan Salim justru dipertanyakan oleh masyarakat Maluku Utara, baik yang di Ternate mapun yang sedang berada di luar Maluku Utara, melalui sosial media.
Menurut salah satu pemilik akun bernama M Hendra Hamka, mempertanyakan hak GP Ansor apa dengan melarang Habib Rizieq datang ke Maluku Utara. “saya rasa GP Ansor tidak punya hak.” tulis M. Hendra Hamka melalui grup di sosmed Facebook Aku Cinta Maluku Utara (ACMU). dan dikomentari sebanyak 200 orang lebih, yang sebagian besar meminta agar Habib Rizieq tetap datang ke Ternate.
Berbeda dengan MUI pusat yang mendukung sepenuhnya langkah Habib Rizieq untuk hadir di berbagai daerah. MUI Maluku Utara justru memberikan pernyataan yang jauh dari konteks. “Kita berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, sesuai dengan Konstitusi bahwa Pimpinan tertinggi kita adalah Presiden RI,” ujar Salman Ahmad, yang mengatakan jika mereka tidak mengenal pemimpin tertinggi Umat Islam di Indonesia.
“Salman sepertinya gagal paham, yang mendaulat Habib Rizieq menjadi Imam Besar Umat Muslim Indonesia adalah umat muslim, bukan atas suka-suka Habib Rizieq,” ujar Ul Joisangadji yang sampai saat ini belum pernah mendengar atau membaca sebuah tulisan dari akun milik Habib Rizieq yang membanggakan diri atau menyebut dirinya sebagai Imam Besar Umat Muslim di Indonesia.
Dan yang paling aneh buat Ul, ketika Salman mencoba menyamakan pemimpin negara dengan pemimpin agama. Dan menganggap jika umat Islam tidak memerlukan pemimpin Agama karena sudah ada Presiden.
Muhammad Selang salah satu tokoh masyarakat Kota Ternate, menambahkan masyarakat Indonesia di mata hukum sama, terkait dengan Habib Rizieq menjadi Imam Besar Umat Islam, serahkan saja kepada hukum yang berlaku, sehingga kita tidak salah melangkah dalam menolak kedatangan Habib Rizieq ke kota Ternate.
“Islam mengajarkan berbuat baik untuk semua orang, maka dari itu apabila kedatangan Habib Rizieq hanya untuk mengacaukan masyarakat Kota Ternate, maka saya berharap agar Habib Rizieq tidak datang saja,” harap Selang.
Masyarakat merasa heran dengan pernyataan para tokoh dan pemimpin ormas, bahkan salah satu tokoh muda asal Morotai mempertanyakan informasi berasal dari siapa hingga para tokoh ormas mengambil kesimpulan demikian, “Kalau Kapolri dan pemerintah sepertinya memang membenci Habib Rizieq, mungkin dari situ asalnya,” ujar pria asal Pulau Morotai ini sambil menambahkan jika Habib Rizieq di Sumatera Utara, di Aceh justru membuat suasana menjadi tenang,
“Kalau soal Ketua GP Ansor wajarlah, karena dia juga kader PDIP yang tidak suka Habib Rizieq,” ujarnya tertawa.
[pbc]
Loading...