Loading...
NASIONAL.INFO - Di media sosial (medsos) sedang ramai dibahas soal ormas Front Pembela Islam (FPI) yang hendak masuk ke swalayan Mitra Sragen, Jawa Tengah, untuk memeriksa atribut Natal. Dalam video, Aksi mereka dicegah oleh Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso dan jajarannya.
Hal itu ditanggapi oleh Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi. Dia mengatakan, sebelum menyambangi Swalayan Mitra, FPI sudah melakukan audiensi di Kantor DPRD Sragen pada hari Rabu (21/12).
"Kita ke DPRD dipertemukan dengan Bambang Samekto ketua DPRD Sragen, bapak Dandim, Pak Kapolres, juga dari perwakilan Luwes, Mitra, ada semuanya. Alhamdulilah, dan kita di situ mengadakan suatu kesepakatan bahwasanya tidak akan istilahnya kita mengizinkan saudara kita Islam menggunakan atribut nonislam seperti topi sinterklas, dan macam-macam itu," ungkap Mala saat dihubungi detikcom, Kamis (22/12/2016).
Setelah mengadakan audiensi, sekitar pukul 12.00 WIB dirinya bersama rombongan FPI Sragen tiba di Swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah. Dia mengatakan FPI hanya ingin memastikan karyawan di sana tidak menggunakan atribut nonmuslim yang sudah di-fatwakan oleh MUI dan telah disepakati saat audiensi di DPRD. Setibanya di Swalayan Mitra, aparat kepolisian termasuk AKBP Cahyo sudah berjaga di lokasi.
"Sudah ada mereka. Akhirnya mereka marah-marah bilang 'tidak boleh! saya Kapolresnya!'. Lalu saya bilang 'Tidak boleh dong Kapolres, memang kamu siapa?'. Lalu sempat dorong-dorong. Lalu ada yang bilang saya diusir, tidak benar itu, karena saya patuh hukum," lanjut Mala.
Mala menepis tudingan bahwa FPI Sragen kala itu ingin melakukan sweeping. Tak lama setelah itu, dirinya bersama rombongan meninggalkan Swalayan Mitra.
"Walaupun polisi bilang kita sweeping, kita tidak sweeping. Kita juga tidak menimbulkan kekerasan, kekerasan yang mana? wong kita tidak merusak, tidak teriak-teriak, tidak mecahin apa-apa. Kita hanya ingin di depan saja, ingin masuk menyaksikan, dan tolong dikawal. Daripada bentrok, masyarakat melihat nantinya jadi ada kesan tidak baik, kita tidak lanjutkan," imbuhnya.
Tidak lama kemudian, rombongan FPI Sragen beranjak ke Swalayan Luwes Sragen. Mala mengatakan, saat rombongan tiba di lokasi, aparat kepolisian juga berjaga di sekitar swalayan.
"Di Luwes kita turun di mobil, mereka teriak-teriak, mengira kita sweeping, akhirnya kita pergi saja," ujar Mala.
Sebelumnya, dalam video yang diunggah akun Sukowati Channel di YouTube seperti dilihat detikcom, Kamis (22/12). Peristiwa ini terjadi depan swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (21/12) kemarin.
Di video itu tampak Mala bersama sejumlah anggotanya. Mereka hendak masuk ke swalayan, namun dihalangi oleh belasan polisi yang berjaga-jaga di depan pintu masuk swalayan. (dtk)
Hal itu ditanggapi oleh Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi. Dia mengatakan, sebelum menyambangi Swalayan Mitra, FPI sudah melakukan audiensi di Kantor DPRD Sragen pada hari Rabu (21/12).
"Kita ke DPRD dipertemukan dengan Bambang Samekto ketua DPRD Sragen, bapak Dandim, Pak Kapolres, juga dari perwakilan Luwes, Mitra, ada semuanya. Alhamdulilah, dan kita di situ mengadakan suatu kesepakatan bahwasanya tidak akan istilahnya kita mengizinkan saudara kita Islam menggunakan atribut nonislam seperti topi sinterklas, dan macam-macam itu," ungkap Mala saat dihubungi detikcom, Kamis (22/12/2016).
Setelah mengadakan audiensi, sekitar pukul 12.00 WIB dirinya bersama rombongan FPI Sragen tiba di Swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah. Dia mengatakan FPI hanya ingin memastikan karyawan di sana tidak menggunakan atribut nonmuslim yang sudah di-fatwakan oleh MUI dan telah disepakati saat audiensi di DPRD. Setibanya di Swalayan Mitra, aparat kepolisian termasuk AKBP Cahyo sudah berjaga di lokasi.
"Sudah ada mereka. Akhirnya mereka marah-marah bilang 'tidak boleh! saya Kapolresnya!'. Lalu saya bilang 'Tidak boleh dong Kapolres, memang kamu siapa?'. Lalu sempat dorong-dorong. Lalu ada yang bilang saya diusir, tidak benar itu, karena saya patuh hukum," lanjut Mala.
Mala menepis tudingan bahwa FPI Sragen kala itu ingin melakukan sweeping. Tak lama setelah itu, dirinya bersama rombongan meninggalkan Swalayan Mitra.
"Walaupun polisi bilang kita sweeping, kita tidak sweeping. Kita juga tidak menimbulkan kekerasan, kekerasan yang mana? wong kita tidak merusak, tidak teriak-teriak, tidak mecahin apa-apa. Kita hanya ingin di depan saja, ingin masuk menyaksikan, dan tolong dikawal. Daripada bentrok, masyarakat melihat nantinya jadi ada kesan tidak baik, kita tidak lanjutkan," imbuhnya.
Tidak lama kemudian, rombongan FPI Sragen beranjak ke Swalayan Luwes Sragen. Mala mengatakan, saat rombongan tiba di lokasi, aparat kepolisian juga berjaga di sekitar swalayan.
"Di Luwes kita turun di mobil, mereka teriak-teriak, mengira kita sweeping, akhirnya kita pergi saja," ujar Mala.
Sebelumnya, dalam video yang diunggah akun Sukowati Channel di YouTube seperti dilihat detikcom, Kamis (22/12). Peristiwa ini terjadi depan swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (21/12) kemarin.
Di video itu tampak Mala bersama sejumlah anggotanya. Mereka hendak masuk ke swalayan, namun dihalangi oleh belasan polisi yang berjaga-jaga di depan pintu masuk swalayan. (dtk)
Loading...