Loading...
NASIONAL.INFO - Setelah Aksi Bela Islam Jilid III atau yang tenar dengan Aksi 212, situasi, kondisi politik, dan sosial cukup tenang. Mestinya, ademnya situasi ini berujung pada perdamaian dan rekonsiliasi nasional.
"Masing-masing melanjutkan tugasnya, pemerintah kembali melanjutkan program-programnya, rakyat hidup damai seperti sedia kala. Yang hangat-hangat dan cukup tegang kemarin-kemarin sudah selesai," jelas aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) Addin Jauharudin kepada redaksi, Sabtu (24/12).
Namun, Addin yang juga mantan ketua umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyayangkan adanya sejumlah pihak yang kembali memanaskan situasi. Beberapa hari lalu, heboh pemberitaan yang menyebut tentang ucapan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan bahwa negara tidak akan kalah melawan aksi radikalisme, kelompok-kelompok radikal yang bergabung di aksi sebelumnya bahkan soal informasi tak jelas lainnya terkait intimidasi Luhut terhadap Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab.
Menurutnya, benar bahwa negara tidak boleh kalah melawan kelompok radikal yang ditengarai bergabung dalam aksi kemarin. Mau jadi apa kalau negara kalah dan harus tunduk pada kelompok kelompok itu. Hanya saja, soal intimidasi terhadap ulama tidak benar. Sengetahuannya, Luhut tidak pernah mengintimidasi Habib Rizieq dan tidak juga ada kebencian terhadap ulama.
"Selama saya kenal, beliau adalah orang yang sangat berkomitmen terhadap kebangsaan. Beliau sering silaturrahmi dengan banyak tokoh islam dan pesantren termasuk sangat dekat dengan Gus Dur. Beliau orang yang hormat kepada para ulama dan para kyai. Dan ketika menyangkut soal penegakan hukum, beliau orang yang tegas, dan mendukung masalah hukum diselesaikan secara tepat," terang Addin.
Dia berharap, semua pihak mendinginkan situasi dan menjadi jembatan perdamaian serta rekonsiliasi nasional. Masih banyak pekerjaan bangsa ini. Bangsa yang harus segera take off untuk menuju lebih maju dan sejahtera.
Apalagi, berita-berita yang memanaskan situasi tersebut diduga tidak berasal dari media mainstream dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Makanya setelah saya coba kroscek, Pak Luhut tidak pernah intimidasi. Keduanya (Luhut dan Habib Rizieq) saling menghormati. Namun judulnya kesannya intimidasi. Ini juga pelajaran buat kita semua untuk bertabayyun, menyaring informasi dari internet, khususnya di media sosial yang semakin melimpah," tandas Addin. [wah][rmol]
"Masing-masing melanjutkan tugasnya, pemerintah kembali melanjutkan program-programnya, rakyat hidup damai seperti sedia kala. Yang hangat-hangat dan cukup tegang kemarin-kemarin sudah selesai," jelas aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) Addin Jauharudin kepada redaksi, Sabtu (24/12).
Namun, Addin yang juga mantan ketua umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyayangkan adanya sejumlah pihak yang kembali memanaskan situasi. Beberapa hari lalu, heboh pemberitaan yang menyebut tentang ucapan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan bahwa negara tidak akan kalah melawan aksi radikalisme, kelompok-kelompok radikal yang bergabung di aksi sebelumnya bahkan soal informasi tak jelas lainnya terkait intimidasi Luhut terhadap Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab.
Menurutnya, benar bahwa negara tidak boleh kalah melawan kelompok radikal yang ditengarai bergabung dalam aksi kemarin. Mau jadi apa kalau negara kalah dan harus tunduk pada kelompok kelompok itu. Hanya saja, soal intimidasi terhadap ulama tidak benar. Sengetahuannya, Luhut tidak pernah mengintimidasi Habib Rizieq dan tidak juga ada kebencian terhadap ulama.
"Selama saya kenal, beliau adalah orang yang sangat berkomitmen terhadap kebangsaan. Beliau sering silaturrahmi dengan banyak tokoh islam dan pesantren termasuk sangat dekat dengan Gus Dur. Beliau orang yang hormat kepada para ulama dan para kyai. Dan ketika menyangkut soal penegakan hukum, beliau orang yang tegas, dan mendukung masalah hukum diselesaikan secara tepat," terang Addin.
Dia berharap, semua pihak mendinginkan situasi dan menjadi jembatan perdamaian serta rekonsiliasi nasional. Masih banyak pekerjaan bangsa ini. Bangsa yang harus segera take off untuk menuju lebih maju dan sejahtera.
Apalagi, berita-berita yang memanaskan situasi tersebut diduga tidak berasal dari media mainstream dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Makanya setelah saya coba kroscek, Pak Luhut tidak pernah intimidasi. Keduanya (Luhut dan Habib Rizieq) saling menghormati. Namun judulnya kesannya intimidasi. Ini juga pelajaran buat kita semua untuk bertabayyun, menyaring informasi dari internet, khususnya di media sosial yang semakin melimpah," tandas Addin. [wah][rmol]
Loading...